Jumat, 06 September 2013

Wiwid Gunawan





























Kamis, 05 September 2013

Gairah Agnes Dalam Pelukan Sekdes Saat KKN

Agnes Nur Zahara adalah seorang mahasiswi berjilbab dari sebuah universitas negeri ternama yang mencetak calon-calon guru berdedikasi dan berkualitas dikota M yang terkenal dengan julukan S***o E**nnya. Saat ini dia tengah menempuh KKN disemester pendek disebuah desa didaerah persemayaman sang tokoh proklamator. Disana dia selama 2,5 bulan bersama beberapa orang temannya membantu warga desa untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hari ini dia mengenakan jilbab putih sepanjang dada, dengan kaos lengan panjang berwarna putih pula yang sedikit ketat karena semua kaosnya belum kering yang disebabkan beberapa hari ini hujan terus mengguyur dan dipadukan dengan rok panjang warna hitam. Agnes ada janji bertemu dengan bapak sekertaris desa untuk membahas data-data kependudukan.
Setelah berjalan cukup jauh karena jalannya melewati persawahan akhirnya dia sampai disebuah rumah yang cukup asri dan tenang karena jarak antar rumah sedikit berjauhan. Sampai disana dia mengetuk pintu rumah yang terbuat dari lembaran kayu kokoh itu beberapa saat. Tak berapa lama pintu itu terbuak. Seorang pria tua berdiri di depan Agnes. Pria itu bertubuh gemuk dan pendek, jauh lebih pendek dari Agnes. Kepalanya sudah nyaris botak, hanya sebagian rambut di dekat telinga saja yang masih ada, itupun semuanya sudah memutih. Sebuah kumis sebesar pensil melintang di wajahnya yang gemuk dan berminyak. Dialah Sarta, sekretaris desa. “Mbak Agnes ya?” kata Pria tua itu mengagetkan Agnes yang dari tadi terkesima dengan penampilannya. “Eh.. iya Pak Sarta..” jawab Agnes tergagap. Dalam hatinya Agnes juga bertanya kenapa tiba-tiba dirinya dilanda kegugupan yang luar biasa. Pak Sarta mempersilakan Agnes masuk ke rumahnya. Agnes tertegun menatap ruang depan tempat sekarang dia dan Pak Sarta duduk. Ruangan itu tidak terlalu besar, didominasi oleh meja dan kursi kayu tua yang sekarang mereka duduki. Tidak ada hiasan apa-apa di dinding rumah sebagian terbuat dari kayu itu, kecuali sebuah tengkorak kerbau besar dengan tanduknya yang sangat panjang melengkung mencuat ke atas. “Maaf ya Mbak, rumahnya kotor.” Kata Pak Sarta pelan. “Soalnya istri sama anak saya pergi ke rumah orang tuanya, sudah seminggu lebih. Jadi saya sendirian di sini.” Agnes hanya menjawabnya dengan ‘O’ pendek karena tidak tahu harus ngomong apa. “Saya sudah siapkan semua Mbak.” Pak Sarta menunjuk ke tumpukan map dan kertas yang ada di meja. “Sesuai dengan permintaan Mbak Agnes.” Pak Sarta lalu membuka map di depannya satu-persatu dan menyerahkannya pada Agnes. “Yang ini data penduduk, yang ini data tanggal kelahirannya, yang ini data kepemilikan harta benda…” Pak Sarta memilah-milah kertas yang tadi tersusun rapi sehingga sekarang semuanya bertebaran di atas meja. Keduanya mulai terlibat pembicaraan serius mengenai data-data desa yang ada di meja. Agnes mendengarkan setiap penjelasan Pak Sarta dengan serius sambil sesekali menunduk melihat data yang dimaksudkan.
Tanpa disadarinya, setiap kali dia menunduk jilbabnya yang ringan (model paris) jatuh terjuntai kebawah, memperlihatkan kaosnya yang berleher rendah membuat sebuah celah lebar yang memungkinkan siapapun yang ada di depannya untuk melihat ke dalamnya. Pak Sarta tertegun tiap kali menatap apa yang ada di balik kaos itu. Sepasang payudara putih mulus yang terbungkus BH warna merah tipis berenda begitu jelas terlihat menggantung seperti buah melon lunak yang siap dimakan. Disengaja atau tidak, gejolak birahi Pak Sarta yang sudah seminggu lebih ditinggal istrinya mudik langsung melonjak tinggi membuat tubuhnya panas dingin dan gemetar. Celakanya, sampai sekian lama dipelototi, Agnes tidak juga sadar kalau cara berpakaiannya membuat Pak Sarta blingsatan menahan dorongan seksualnya yang setiap saat siap meledak. Agnes sendiri kemudian mulai memperhatikan kalau pandangan Pak Sarta mulai tidak fokus lagi. Dilihatnya Pak Sarta kelihatan gelisah seperti sedang menyembunyikan sesuatu. “Pak..” Agnes menegur pelan. “Pak Sarta nggak apa-apa kan?” Untuk beberapa detik Pak Sarta seperti melamun seoah pikirannya berada di tempat lain. Baru setelah Agnes mengulangi pertanyaannya agak keras Pak Sarta langsung tersadar. “Eeh.. iya.. A.. apa tadi..?” tanyanya gugup menyembunyikan keadaan dirnya yang sesungguhnya. “Bapak nggak sakit kan..?” tanya Agnes lagi. “Dari tadi saya lihat Bapak gelisah sekali.” “Eh.. tidak.. um.. yah.. “ Pak Sarta menjawab kebingungan. “Memang.. tadi sih Bapak agak tidak enak badan.” Jawabnya berbohong. Sesekali pandangannya melirik ke tubuh Agnes. “Wh.. saya jadi nggak enak sudah mengganggu istirahat Bapak.” Kata Agnes. “Oh.. nggak.. nggak apa-apa kok Mbak.” Pak Sarta menjawab cepat. “Saya senang bisa membantu Mbak Agnes.” Katanya tenang meskipun pada saat yang sama, otaknya mulai sibuk memikirkan sebuah siasat. Maka setelah mambulatkan tekadnya, Pak Sarta berdiri dari duduknya. “Tunggu sebentar ya Mbak, Bapak ambilkan minum dulu.” Kata Pak Sarta sambil berlalu. Agnes sempat mencegah, tapi Pak Sarta sudah terlanjur masuk ke ruangan sebelah dalam. Hampir sepuluh menit lamanya Pak Sarta di ruangan dalam, terdengar suara berkelontangan seperti benda logam jatuh ke lantai. Pak Sarta kemudian keluar sambil membawa dua buah gelas berisi teh hangat yang masih mengepulkan uapnya. “Jadi ngerepotin nih Pak..” Agnes tersenyum malu sambil menerima gelas yang disodorkan padanya. “Ah.. cuma air teh ini..” jawab Pak Sarta sambil tersenyum aneh. “Diminum Mbak.” “Eh.. iya Pak..” kata Agnes yang tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia memang sebenarnya sudah haus karena obrolan panjang lebar tadi. Diminumnya seteguk air teh dari gelasnya, rasa hangat mengalir di dalam tenggorokannya.
Tanpa disadari, Pak Sarta tersenyum memandang setiap gerakan Agnes. Agnes kemudian minum beberapa teguk lagi membuat isi gelasnya berkurang separuh. Mereka kemudian meneruskan membahas data-data desa, tapi perlahan Agnes mulai merasakan ada yang salah dengan dirinya. Matanya sekarang mulai menjadi berat sekali, tubuhnyapun mendadak menjadi lemas dan pandangannya mulai mengabur membuat pemandangan yang ada di sekelilingnya menjadi bayangan abu-abu samar. Dalam keadaan itu, Agnes sempat melihat Pak Sarta terenyum lebar padanya sebelum akhirnya Agnes terkulai pingsan di meja. Agnes tidak tahu apa yang dilakukan oleh Pak Sarta di dalam. Pak Sarta, yang didorong oleh keinginan nafsu liarnya, mencampurkan obat tradisional yang tidak berbau dan berasa ke dalam minuman Agnes. Pemandangan payudara Agnes yang indah yang dilihatnya lewat kerah kaos Agnes karena jilbabnya sedikit tersingkap membuat dorongan seksualnya bangkit dengan sangat menggebu, hal itu yang membuatnya nekad melaksanakan rencana dadakan yang disusunnya dalam sekejap. Perlahan Agnes membuka matanya, kepalanya masih terasa berat, pandangannya masih kabur, membuatnya tidak bisa melihat dengan begitu jelas.
Agnes hanya merasa keadaannya sekarang menjadi tidak biasa. Dia merasa saat ini sedang terbaring terlentang di atas sesuatu alas yang agak keras, semacam kasur tua yang sudah tidak bisa menahan berat badan secara sempurna. Dirasakannya pula posisi tangan dan kakinya seperti terlentang ke empat arah yang berbeda. Saat kesadarannya pulih sepenuhnya barulah Agnes terkejut bukan main. Dia berada dalam sebuah kamar tertutup. Tubuhnya terbaring di atas sebuah ranjang kayu beralas kasur tua dengan posisi tangan dan kaki terpentang ke empat penjuru membuat tubuhnya seperti membentuk sebuah huruf X di atas kasur. Agnes mencoba menarik tangan dan kakinya tapi tidak bisa. Dia baru sadar kalau kaki dan tangannya diikat oleh seutas tali yang ditambatkan pada pingiran ranjang. Tali itu meregang kuat sekali merentangkan tangan dan kakinya sehingga membuat Agnes nyaris tidak bisa bergerak. Agnes perlahan merasakan hembusan angin seperti membelai langsung pada kulit pahanya. Seketika dia menjerit, rok panjangnya ternyata sudah tersingkap sebatas pinggang menampakkan kulit paha yang begitu mulus terawat dan juga celana dalam merah berenda menutupi memek Agnes yang terlihat menggembung dibalik celana dalam itu. Kaosnya pun juga turut tersingkap sehingga payudaranya yang lumayan besar berukuran 36B dan terbalut BH merah itupun juga terlihat dan jilbabnya sudah disampirkan kepundaknya. Sungguh sebuah pemandangan yang menggugah birahi, gadis alim berjilbab namun auratnya terlihat jelas. Agnes meronta kuat-kuat mencoba menarik tali yang mengikat tangan dan kakinya, tapi sia-sia, tali itu terlalu kuat untuk tenaganya yang terbatas. “TOLONG!” Agnes menjerit sekuat tenaga.dengan harapan ada yang akan datang menolongnya. “TOLONG!” Agnes kembali berteriak sekuatnya sampai tenggorokannya seakan pecah. “To……” Sekali ini teriakan Agnes berhenti di tengan jalan ketika dilihatnya Pak Sarta masuk ke kamar dan menutup pintunya pelan nyaris tanpa suara. “Eh.. sudah bangun ya Mbak..” katanya seolah tidak terjadi apa-apa pada Agnes. “Apa maksudnya ini Pak..? Kenapa saya dibeginikan..?” Agnes bertanya dengan nada bergetar. Rasa takut mulai menjalari tubuhnya membuat badannya gemetar. Pak Sarta dengan santainya duduk di tepi ranjang tepat di samping Agnes. “Tidak apa Mbak, Bapak tidak akan menyakiti Mbak Agnes kalau Mbak Agnes tidak melawan.” Kata Pak Sarta kalem sambil menyeringai seperti seekor srigala lapar menghadapi mangsanya. “Bapak cuma minta sesuatu dari Mbak Agnes.” Tubuh Agnes seperti disengat listrik, Pak Sarta berkata demikian sambil membelai-belai pahanya yang putih dengan gerakan lembut, seolah sangat menikmati setiap jengkal kulit paha Agnes yang mulus. “Jangan Pak.. jangan.. atau saya akan teriak.” Agnes mencoba mengancam. “Teriak saja Mbak. Bapak tidak keberatan kok..” Pak Sarta berkata kalem. “Tapi Bapak yakin tidak ada yang mendengar Mbak teriak.” “TOLONG!” Agnes melaksanakan ancamannya. “TOLONG SAYA!” Tapi setelah berkali-kali berteriak sampai serak, tidak ada sesuatupun yang yang datang menolong gadis berjilbab cantik ini, tidak ada yang datang untuk menolongnya. Jangankan manusia, hewanpun tidak ada yang lewat di sekitar situ. Agnes makin putus asa. Benar kata Pak Sarta, sampai suaranya habis tidak ada satupun yang menolongnya. Perlahan Agnes mulai tegang dan ketakutan, air matanya meleleh karena putus asa. “Benar kan Mbak.. tidak ada yang dengar..” kata Pak Sarta penuh kemenangan. “Saya ini Sekretaris Desa Mbak, orang kedua setelah Pak Kades, jadi saya punya pengaruh di sini, warga di sini tahu siapa saya, karena itu mereka tidak akan berani ikut campur apapun yang terjadi di rumah saya.” Kata-kata itu bagai vonis kematian bagi gadis berjilbab ini. Ketakutannya makin menjadi-jadi, dia makin putus asa sehingga tidak bisa lagi berpikir jernih. “Jangan Pak.. Ampun… jangan sakiti saya.” Agnes hanya bisa menohon dengan nada memelaskan.
“Bapak kan sudah bilang Mbak, kalau Mbak menurut, Bapak nggak akan menyakiti Mbak.” Kata Pak Sarta sambil pelan-pelan membelai jilbab dan wajah Agnes. “Bapak sudah seminggu lebih ditinggal istri Mbak, Bapak cuma minta Mbak mau Bapak ajak begituan.” Katanya sambil menunjuk ke arah selangkangan Agnes. “Jangan Pak.. Jangan.. Jangan lakukan itu.. saya mohon..” Agnes menangis sejadi-jadinya. Tapi Pak Sarta yang sudah kehilangan akal sehatnya makin tidak sabar menghadapi Agnes yang melawan. Maka dia segera naik ke atas ranjang. Dengan gerakan pelan dia mulai menyobek kaos Agnes dan menyingkapkannya ke samping. Seketika itu payudara Agnes yang masih terbungkus BH merah tipis mencuat menggemaskan. Agnes terbaring dengan tubuh hanya tertutup BH dan celana dalam tipis. “Ohh.. puting yang baguss..” kata Pak Sarta tanpa menghiraukan tangisan Agnes. Perlahan diremasnya payudara Agnes dari luar. Agnes menegang merasakan sentuhan tangan Pak Sarta yang kasar pada kedua belah payudaranya. Selama ini hanya teman sekelasnya saja yang pernah menyentuh payudaranya dan itupun dulu sewaktu dia masih SMA. Sekarang seorang tua buruk rupa dan tidak tahu diri yang melakukannya. “Ohhh.. puting yang lembut.” Ujar Pak Sarta dengan ekspresi begitu menikmati setiap jengkal payudara Agnes. Lalu tangannya merogoh ke dalam mangkuk BH Agnes dan meremas payudara itu dengan lembut. “Oohh….” Agnes merintih lirih saat tangan Pak Sarta benar-benar menyentuh payudaranya. Sebuah sensasi menyenangkan segera menjalari tubuhnya yang menegang. “Ohh.. lembut sekali..” Pak Sarta mengomentari payudara Agnes. “Mimpi apa ya semalam, bisa dapat puting gadis berjilbab sebagus dan selembut ini?” gumamnya tidak jelas. Agnes hanya bisa menangis mendapat perlakuan buruk itu. Remasan tangan Pak Sarta pada payudaranya terasa menyakitkan, tapi herannya Agnes juga merasakan sebuah perasaan aneh. Perasaan yang mengatakan sentuhan tangan ini berbeda dengan sentuhan tangan temannya dulu, karena itu meskipun mulutnya menolak, tapi tubuh dan pikirannya berkata lain. Perasaan itulah yang menyebabkan Agnes membiarkan perlakuan Pak Sarta pada payudaranya. “Ohh.. sekarang kutangnya dibuka ya Mbak..” kata Pak Sarta pelan. Agnes hanya diam saja mendengarnya. Sebagian pikirannya sudah mulai dirasuki nafsu birahi yang perlahan meninggi. Melihat hal itu Pak Sarta makin bersemangat, dengan satu sentakan kasar, BH Agnes ditariknya sampai putus. Sekarang payudaranya mencuat telanjang, begitu putih, mulus dan kenyal siap untuk dinikmati oleh Pak Sarta. “Ohhh.. “Pak Sarta terpesona mengagumi bentuk payudara Agnes yang indah. “Ini baru yang namanya puting.. sudah montok, putih, mulus pula..” Lalu pelan-pelan dirabanya kedua belah payudara mulus itu, kemudian dengan gerakan seperti orang mencuci kaos, payudara Agnes diremasnya dengan kekuatan penuh. “Ahhk..” Agnes menegang, tubuhnya melengkung ke atas membuat payudaranya makin membukit, hal itu tidak disia-siakan oleh Pak Sarta, dia makin gencar meremas-remas payudara Agnes. Lalu pelan-pelan giliran bibirnya yang berkumis tebal yang maju, dengan gerakan lembut, dijilatinya kedua puting payudara Agnes dengan lidah dan bibirnya, sesekali dikulumnya puting payudara itu seperti gerakan bayi yang minum susu ibunya. Gerakannya sangat lembut membuat Agnes terlena. Perlahan desahan nafasnya mulai tidak teratur, gerakannya juga mulai liar. Beberapa kali Agnes melenguh penuh perasaan saat bibir Pak Sarta mengulum puting payudaranya. Perlahan Pak Sarta mulai mengarahkan sentuhan tangan dan bibirnya ke bagian bawah tubuh Agnes menyusuri perut Agnes yang licin dan berhenti di selangkangan Agnes yang terkuak lebar. Perlahan digosoknya begian selangkangan Agnes dengan jarinya, sentuhan jari pada bibir vaginanya membuat Agnes menjerit tertahan. “Bapak pingin tahu nih gimana sih bentuknya tempik cewek kota.” Maka dengan gerakan kasar, Pak Sarta merobek celana dalam Agnes, celana itu sangat tipis dan nyaris transparan sehingga tidak perlu tenaga besar untuk merobeknya. Sekarang Agnes sudah sempurna bertelanjang bulat. “Uoohh..” Pak Sarta terpana melihat belahan bibir vagina Agnes yang masih sempurna,dihiasi oleh jembut yang tipis. “Tempiknya bagus bangeet.. Mbak pasti belum pernah ngentot ya.. tempiknya masih bagus nih..” Agnes menggeleng ketakutan, dia memang belum pernah melakukan hubungan badan. “Belum pernah ngentot? Kalau bagitu bapak beruntung bisa memperawani cewek kota yang secantik Mbak.” Kata Pak Sarta dengan senyum puas. Dia lalu menunduk menempatkan wajahnya tepat di depan liang vagina Agnes yang terbuka.

Matanya menatap tajam kearah kemaluan yang sudah basah itu, hembusan nafasnya makin terasa bersamaan dengan wajahnya yang makin mendekat. “Aahhh…Pak !” desahan halus keluar dari mulut Agnes saat Pak Sarta menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya. Gerakan lidah Pak Sarta seperti ular yang menggeliat menyapu seluruh permukaan bibir vagina Agnes. Agnes merintih merasakan tubuhnya seperti didesak oleh kekuatan dari dalam, seperi gunung berapi yang tersumbat. Hal itu membuatnya makin tidak terkendali, desahannya sudah berubah dari desaha ketakutan menjadi desah nikmat. Lidah Pak Sarta semakin liar saja, sadar kalau korbannya sudah mulai goyah, kini lidah itu memasuki liang vagina Agnes dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Agnes bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek Bukan saja menjilati, Pak Sarta juga memutar-mutarkan telunjuknya di liang itu, sementara tangan lainnya mengelusi paha dan pantatnya yang mulus. Permainan mulut Pak Sarta pada daerah yang paling pribadinya itu mau tidak mau membawa perubahan pada dirinya. Geliat tubuhnya sekarang tidak lagi menunjukkan perlawanan, dia nampak hanyut menikmati perlakuan Pak Sarta, hati kecilnya menginginkan Pak Sarta meneruskan aksinya hingga tuntas. Dibawah sana Pak Sarta makin meningkatkan serangannya menjilat dan mengisap vaginanya. “Mmmhh…tempiknya Mbak emang hebat banget, rajin dirawat yah ?” gumam Pak Sarta ditengah aktivitasnya. Agnes tidak mendegarkan ocehan Pak Sarta, seluruh perasaannya kini tertumpah pada sensasi yang didapatkannya dari perlakuan Pak Sarta. Sepuluh menit kemudian, tanpa dapat ditahan lagi cairan pelumas membanjir keluar dari vaginanya diiringi erangan panjang, tubuhnya menggelinjang dan menegang tak terkendali. “AHHHKKHHH…” diiringi jeritan tertahan, Agnes mengalami orgasmenya yang pertama, perasaannya bagaikan gunung berapi yang sumbatnya telah lepas, meledak dengan begitu dahsyat melontarkan apa yang sedari tadi ditahannya. Tubuh Agnes kembali lemas dengan nafas terengah-engah, sensasi orgasmenya benar-benar membuat tubuhnya seperti melayang di angkasa. Melihat itu Pak Sarta makin yakin kalau Agnes sudah sepenuhnya ada di dalam genggamannya. Maka dia mulai membuka pakaiannya sampai telanjang, dn penisnya yang sedari tadi memang sudah menegang sekarang mengacung begitu sangar di hadapan Agnes. Perlahan Pak Sarta mulai menindih tubuh mulus Agnes yang basah olah keringat. Aroma parfum mahal yang dipakai oleh Agnes membuat nafsu Pak Sarta makin menggelora. Perlahan diciumnya bibir Agnes dengan lembut beberapa kali, lalu dipeluknya tubuh mulus itu sambil berusaha mendesakkan penisnya di kemaluan Agnes. “Oohhh…..” Agnes merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak ke dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Pak Sarta meringis menahan sakit merasakan penisnya tergesek dinding vagina Agnes. Dengan beberapa kali gerakan tarik dorong yang keras maupun lembut, penis itu akhirnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Agnes. Mata Agnes sudah basah oleh air mata, tangisan yang disebabkan rasa putus asa, nyeri, dan ketidakberdayaannya dalam pelukan seorang pria tua. “Ohh.. masuk juga akhirnya..” Pak Sarta mendengus lega. “Gila, tempiknya Mbak Agnes seret banget lho..” Lalu Pak Sarta mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat setelah dirasakannya vagina Agnes terbiasa menampung penisnya, gerakan Pak Sarta makin teratur, Vagina Agnes yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Pak Sarta melakukan persetubuhan dengan gerakan yang liar, kadang pelan dan lembut, kadang kasar dan sangat cepat seperti dikejar setan. Gerakan-gerakan liar itu membuat Agnes makin tersapu oleh sensasi liar di dalam tubuhnya. Setelah mengalami orgasme, desakan seksualnya menjadi makin liar mambuatnya terlihat sangat menikmati persetubuhannya dengan Pak Sarta. Setelah hampir sepuluh menit mereka bersatu, Agnes tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Pak Sarta yang menggenjot vaginanya. “AAAAhhhhhh…..”Agnes mengerang keras, dia kembali mengalami orgasme, meskipun tidak sehebat yang pertama, tapi cukup kuat untuk membuat vaginanya berdenyut kencang. Pak Sarta merasa penisnya seperti dicengkeram tangan baja yang membetotnya seperti mau dicopot dari badannya. Sensasi jepitan vagina Agnes yang begitu kuat membuatnya tidak tahan lagi. “AAAAhhh mau keluar nih, aaaahhhhh… Bapak mau keluar nih…..” erang Pak Sarta kuat-kuat, dijambaknya rambut Agnes, lalu dengan satu dorongan terakhir yang membuat penisnya membenam total di dalam vagina Agnes, Pak Sarta melepaskan orgasmenya, menyemburkan sperma yang begitu banyak ke dalam rahim Agnes. Tubuh-tubuh telanjang itu terkulai lemas saling bertumpuk, menciptakan pemandangan yang sangat menggairahkan dimana sosok Agnes yang putih mulus dan bagitu ramping ditindih oleh tubuh gendut dan hitam Pak Sarta. Setelah puas mereguk kenikmatan birahi dari tubuh Agnes yang sexy itu, Pak Sarta kemudian bangkit dari ranjang. Diliriknya tubuh telanjang Agnes yang terikat dan tergolek tanpa daya di ranjang. Pak Sarta tertegun sambil sekaligus senang ketika dia melihat bercak darah di sekitar selangkangan Agnes. Berarti Agnes memang benar-benar masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Karena itulah Pak Sarta kemudian mencium kening Agnes sambil berujar, “Terima kasih Mbak sudi memberikan keperawanannya sama Bapak.” Agnes hanya bisa menangis mendengarnya, kesadarannya perlahan pulih, membuat dirinya merasa diperlakukan secara hina. Tapi dalam keadaan seperti ini, Agnes benar-benar tidak sanggup melawan keinginan Pak Sarta. Pak Sartapun yakin kalau Agnes tidak akan melawannya lagi, karena itulah dia memutuskan untuk melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Agnes. Agnes sendiri tidak berbuat apa-apa meskipun dirinya sudah tidak terikat. Dia hanya bisa tergolek di atas ranjang, menunggu nasib selanjutnya. Melihat tubuh yang mulus dan telanjang dengan jilbab yang masih dikenakan namun acak-acakan itu tidak berdaya di atas ranjang rupanya membuat birahi Pak Sarta kembali meninggi. Masih dalam keadaan bugil, Pak Sarta mengocok-ngocok penisnya sendiri, lalu dia kembali menaiki ranjang. Ditariknya tangan Agnes sehingga Agnes sekarang tersimpuh di ranjang. Tiba-tiba Pak Sarta menyorongkan penisnya yang setengah berdiri ke wajah Agnes. “Sekarang Mbak Agnes tolong emut punya Bapak dong..” kata Pak Sarta sambil menyodorkan penisnya yang hitam ke wajah Agnes dengan gaya santai. Agnes menggelengkan kepalanya dengan ekspresi jijik melihat penis yang legam itu seperti pistol yang menodong wajahnya. “Jangan takut Mbak, entar juga enak kok..” kata Pak Sarta masih dengan gaya santai, seolah menyodorkan permen kepada anak kecil. Agnes kembali meneteskan air mata menggeleng, hal itu membuat Pak Sarta tidak sabar, ditariknya jilbab Agnes sampai wajahnya mendongak, lalu digesek-gesekkannya penisnya ke wajah Agnes. Agnes pelan-pelan menurut, dibukanya mulut mungilnya dangan enggan, lalu seperti menelan permen besar, penis Pak Sarta meluncur masuk ke mulutnya. Terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Agnes mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama kelamaan Agnes mulai terbiasa dengan penis Pak Sarta dan mulai dapat menyesuaikan diri, Agnes menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, Agnes bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu, kemudian Agnes kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Pak Sarta mendesah merasakan kehangatan mulut Agnes, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. “Uuhhh…gitu Mbak, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Agnes dan memaju-mundurkan pinggulnya. Agnes merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Pak Sarta yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Pak Sarta yang merasakan kehangatan dari bibir dan mulut Agnes makin meledak, lalu dengan menahan kepala Agnes diselangkangannya menggunakan kedua tangannya, dengan kasarnya Pak Sarta menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penis itu menggenjot mulut Agnes. “Aggh..aggh… .” suara Agnes terdengar tersedak oleh penis Pak Sarta. Tangan Agnes berusaha menahan pinggul Pak Sarta agar tidak bisa memompa penis besar itu ke dalam mulutnya. Tapi usaha Agnes sia-sia saja, Pak Sarta dengan kuat mencengkeram kepala Agnes dan mennyodok-nyodokkan penisnya dengan kasar membuat Agnes menggelepar berusaha untuk bernafas dengan baik Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Pak Sarta menekan kepalanya sambil melenguh panjang. dirasakan sebelumnya. Pak Sarta masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Agnes. “Arrghhh… Oohhhh…” Pak Sarta kembali melenguh bagai banteng terluka, seketika Aly amerasakan wajahnya tersiram oleh cairan hangat yang kental dan lengket dan berbau. Pak Sarta menyemprotkan spermanya ke wajah Agnes dengan deras. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu. “Ohhhh..” lenguh Pak Sarta yang kali ini benar-benar puas telah berhasil melepaskan keinginan seksualnya pada gadis cantik itu. Pak Sarta akhirnya terkapar di ranjang karena kelelahan, dibiarkannya Agnes yang terdiam sambil menangis.

Mbak Lestari

Sebetulnya aku bukanlah seorang pemerkosa. Aku juga bukan lelaki hipersex yang hobi jajan di lokalisasi. Aku seorang lelaki beristri. Tetapi, kejadian spontan telah membuatku menjadi orang yang terobsesi pada sex dengan kekerasan. Ya, tepatnya, aku kini jadi pemerkosa. Spesialisasiku, memperkosa perempuan berjilbab !
Siang itu, aku berhenti di depan sebuah warung kecil. Mau beli Djarum Super. Baru sekali ini aku ke warung ini. Seperti aku bilang tadi, aku mau beli Djarum Super. Rokok biasanya dipajang di bagian depan warung. Saat itulah kulihat seorang perempuan tengah nungging membelakangiku. Kelihatannya ia sedang menata barang dagangan.
Kalian pasti membayangkan aku melihat paha yang tersingkap di balik rok. Jangan keliru dulu. Yang kulihat justru perempuan dengan busana serba tertutup. Ia pakai gamis panjang sampai mata kaki. Tetapi justru itu menariknya. Perempuan ini memakai gamis dari bahan halus berwarna biru muda. Kelihatan juga ia berjilbab biru tua. Jilbabnya panjang. Ujungnya sampai ke pinggulnya. Pada posisi menungging gitu, bagian muka jilbabnya jatuh sampai ke lantai. Dari celah jilbab di bawah lengannya terlihat tonjolan teteknya lumayan gede juga.
Yang pertama menarik perhatianku justru bokongnya. Dari belakang terlihat bundar. Di bundaran itulah terlihat cetakan garis celana dalamnya. Entah mengapa aku jadi tertarik mengamati terus gerakan bokong perempuan itu. Sekitar lima menitan aku pandangi bokong itu. Yang terlihat di mataku kini bercampur dengan imajinasi bokong telanjang. Tambah parah lagi karena sekali perempuan itu menggaruk pantatnya tanpa sadar ada yang mengawasi. Tanganku rasanya gatal, ingin mengelus dan meremas pantat bundar itu. Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang dan terkejut.
“Eh… mau beli apa pak ?” katanya di tengah keterkejutannya.
Aku lebih terkejut lagi. Ternyata, perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah sekitar tiga puluh tahunan. Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…..Aku berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut, selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya ketika memeknya ditembus kontolku.
Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 5 SD. Kaget juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Menurutku, dia bahkan pantas jadi mahasiswi semester I. Suaminya kerja dan baru pulang sore. Anak-anaknya sedang sekolah.
“Jadi sendirian nih, Mbak ?” komentarku, keceplosan saking excitednya.
“Iya, Pak. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.
Aku masih asyik dengan bayangan tubuh telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi. Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di hadapannya.
“Aduh, Mbak… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.
“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.
“Gimana nih…. udah nggak tahan, Mbak,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.
Kulihat wajahnya memerah.
“Eh…. tapi tunggu sebentar ya… kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.
Aku langsung menutup pintu warung dan menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.
“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.
Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.
Karena menunduk itu, ia kaget betul waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.
“Angkat tangan dan jangan melawan !” kataku setengah berbisik.
Ia tampak ketakutan betul. Tangannya segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci. Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.
“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.
“Jangan takut, saya cuma mau senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada kanannya yang tertutup jilbab lebar.
Ibu muda ini memekik kecil. Wow… teteknya terasa kenyal dan mantap.
“Kamu nggak pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.
“Siapa namamu ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.
“Aduh…. aduh… Lestari… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.
Kulepaskan jepitanku pada putingnya. Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas gundukan memeknya.
“Ohhh… jangan… jangan….” Lestari menggeliat-geliat.
“Jangan takut Mbak… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.
Tanganku kemudian masuk ke balik gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi memek cantik itu…
Lestari terisak, memohon-mohon agar aku melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara celah memeknya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng Lestari ke kamarnya. Setengah kubanting tubuhnya ke atas ranjangnya sendiri. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan kasar kucabik-cabik gamisnya dengan pisau. Sampai akhirnya, tak ada sehelai kainpun kecuali jilbabnya.
Kupandangi tubuh yang putih mulus itu. Kedua kakinya menjuntai ke tepi ranjang. Teteknya berguncang-guncang ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua teteknya dengan kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit benda mungil itu.
“Jangan berteriak keras-keras ya. Cukup mendesah-desah saja. Kalau Mbak Lestari berteriak terlalu keras, aku bisa marah dan kupotong puting Mbak ini,” kataku sambil menjepit puting kanannya, menariknya ke atas dan menempelkan mata pisau ke sisinya. Lestari tampak ketakutan dan menggigigit bibirnya.
Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar, lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur lubang memeknya dari bawah ke atas.
“Eungghhhhh….” terdengar Lestari mengerang.
Tak sabar, aku menguakkan bibir memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam lubang memeknya yang pink dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang memek selain milik istriku. Lebih berdebar lagi, karena memek yang satu ini milik seorang perempuan alim berjilbab lebar !Antara degup jantung dan dorongan gairah itu, kujulurkan lidahku sejauh-jauhnya ke lorong itu. Soal rasa tidak penting kuceritakan. Tetapi, sensasinya itu yang luar biasa. Tubuh Lestari bergetar hebat diiringi erangan dari mulutnya. Hampir tak henti-henti ia meratap-ratap diiringi isaknya.
“Jangan… jangan…. ouhhhh…. jangan…. “
Ratapannya makin menjadi-jadi saat lidahku menyerang klitorisnya dengan sapuan yang intens. Istriku bisa menjerit-jerit histeris jika itu kulakukan pada klitorisnya. Kulirik Lestari memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Kepalanya menggeleng-geleng. Kutusukkan dua jariku dan mengaduk-aduk memeknya. Akibatnya lebih hebat lagi. Lestari merintih-rintih dengan suara yang mirip seperti suara istriku menjelang orgasme. Memeknya terasa amat basah. Kugerakkan jariku makin cepat. Lalu, kusedot-sedot klitorisnya. Tiba-tiba, Lestari mengerang panjang dan kedua pahanya mengatup hingga menjepit kepalaku. Tubuhnya mengejang-ngejang. Saat itulah kugigit bibir memeknya dengan gemas. Terdengar Lestari memekik kesakitan. Dari gelinjang kenikmatan, ia kini meronta-ronta kesakitan, berusaha menjauhkan pangkal pahanya dari gigitanku.
“Sakit….sakit, aduh… sakit… lepaskan….” rintihnya memelas.
Aku lepaskan gigitanku lalu kedua lututku menekan pahanya hingga mengangkang. Terlihat bekas gigitanku di memeknya. Tetapi bibir memeknya memang terlihat mengkilap oleh cairan memeknya sendiri.
“Kamu suka ya diperkosa ?” kataku sambil kali ini menusukkan tiga jari ke memeknya yang basah.
Orgasme Lestari tadi rupanya tertunda. Buktinya, ketika tiga jariku menusuk memeknya, otot-ototnya langsung bereaksi seperti meremas ketiga jariku. Ibu muda itu pun mengerang dan merintih….
“Ouuhhhh… jangannnhhh…aihhhh….oummmmhhhh…” desahannya makin menjadi ketika bibirku menangkap puting kanannya dan menghisapnya kuat-kuat.
Aku tahu perempuan ini orgasme saat mendengar rintihannya. Sangat mirip rintihan istriku ketika orgasme. Otot-otot memeknya juga mencengkeram tiga jariku sementara pinggulnya bergerak tak terkontrol. Kupandangi wajah sayu Lestari dengan penuh nafsu. Dia menggigit bibirnya sendiri. Matanya terpejam. Tiga jariku masih menusuk memeknya yang terlihat amat becek. Tubuh telanjang ibu muda berjilbab ini terlihat bergetar menahan sisa-sisa orgasmenya. Sampai akhirnya, Lestari benar-benar terkapar lunglai. Kedua tangannya masih terikat di belakang punggung, mengganjal pantatnya sehingga bagian pinggulnya mendongak ke atas. Tubuhnya bermandi peluh. Kedua pahanya mengangkang lebar. Kutarik keluar tiga jariku, kunikmati pemandangan lubang memeknya yang membentuk huruf O dan perlahan mengatup kembali.

“Ok… sekarang giliranku,” kataku sambil menempatkan diri di tengah pahanya yang mengangkang.
Lestari cuma bisa menggeleng lemah saat kepala kontolku mulai menyusup di celah memeknya. Kupaksa ia mengulum tiga jariku yang berlumur lendir dari memeknya sendiri.
“Kamu belum pernah menjilat memekmu sendiri kan ?” kataku.

Lestari terisak-isak sambil mengulum tiga jariku yang berlumur lendir kemaluannya sendiri. Terlihat keningnya berkerut. Kepala kontolku sudah terjepit di mulut lubang memeknya yang terasa sangat basah. Aku ingin memberinya sedikit kejutan. Tanpa peringatan sama sekali, langsung kuhentakkan kontolku jauh sampai ke dasar memeknya. Kontolku terasa menerobos lorong sempit yang berlendir. Suara benturan biji pelirku dengan pangkal pahanya terdengar cukup keras. Reaksi Lestari juga luar biasa. Kedua matanya tiba-tiba membelalak. Kalau saja mulutnya tidak sedang mengulum jariku, mungkin dari mulutnya akan terdengar jeritan. Tetapi kini yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Bahkan, jariku terasa agak sakit karena digigit ibu muda ini. Tetapi yang jelas, kontolku kini terasa seperti diremas-remas oleh otot-otot memek perempuan berjilbab lebar ini. Luar biasa…

Petaka Selepas Demonstrasi

Ratih, seorang akhwat muda berusia 23 tahun, dengan langkah gontai menembus kerumunan para pendemo yang masih terus mondar-mandir kesana kemari dengan ramai. Sejak tadi malam, kondisi badan Ratih memang sedang kurang fit, namun demi perjuangan menentang penyerangan Israel ke Palestina, ia pun memaksakan diri untuk mengikuti aksi siang ini. Berbeda dengan hari kemarin yang terus menerus dirundung hujan, Kota Jakarta hari ini benar-benar terbasuh dengan terik mentari yang begitu dahsyat. Akibat perubahan cuaca yang begitu ekstrim ini, dapat dipastikan kondisi tubuh Ratih kian bertambah parah. Untuk mengistirahatkan diri, ia pun terduduk sejenak di pinggiran trotoar di sekitar daerah Monas itu. Tas punggung yang hanya berisi barang seadanya itu, ia sampirkan di sampingnya.
Ratih Wulandari adalah seorang mahasiswi tingkat akhir Universitas Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi. Bila tak ada kendala berarti, beberapa bulan lagi ia akan mulai mengerjakan skripsinya yang berbicara tentang kemiskinan rakyat ibukota. Ia adalah anak tunggal dari 3 bersaudara. Ayah dan ibunya adalah seorang yang taat beragama, tak heran Ratih dan adik-adiknya sejak kecil telah diberi bekal yang cukup soal agama. Hari ini ia memakai setelan jubah berwarna abu-abu dan rok hitam yang memanjang hingga ke mata kakinya yang terbungkus kaus kaki berwarna krem yang agak transparan. Tak ketinggalan sebuah jilbab putih yang lebar melingkari lehernya yang mungil. Wajahnya bulat, kulitnya kuning langsat, bola matanya hitam tajam. Tampak begitu manis walaupun dengan mimik yang lesu seperti itu. Hidungnya yang sedikit mancung nampak begitu mempesona. Sesaat ia mengeluarkan lidahnya dan menjilati bibir bawahnya, ia tampak kehausan.
Tanpa ia sadari, seorang lelaki bertubuh gempal telah mengawasinya sejak awal aksi tadi. Lenggak-lenggok tubuh Ratih di balik balutan busana muslimahnya telah mampu membuat darah muda lelaki berusia 50 tahunan itu menggelegak. Usman namanya. Ia bukanlah seorang anggota PKS seperti Ratih dan kawan-kawan peserta demo lainnya. Ia hanya seorang pengangguran yang sering ikut-ikutan demo seperti itu hanya untuk mendapatkan segelas aqua dan sepaket nasi bungkus. Namun kali ini, kemolekan body akhwat Partai Keadilan Sejahtera yang memang aduhai ini, ditambah dengan wajahnya yang mempesona, membuat rasa haus dan lapar Usman hilang seketika. Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri memandang Ratih dari belakang.
Perlahan ia mendekati Ratih dan menyapanya, „Kenapa Neng, tampangnya pucat begitu? Mau diambilkan air?“
„Eemmm, tak usah Pak. Nanti biar saya cari minum sendiri“ jawab Ratih sekenanya.
“Nggak apa-apa Neng, sebentar ya” Secepat kilat Usman si pria tua itu telah kembali dari tempat pembagian air minum. Ia membawa dua botol Aqua sekaligus, satu untuk dirinya dan satSerasa tak ada waktu lagi, dengan buasnya Pak Usman melumat bibir suci nan menawan milik seorang mahasiswi Universitas Indonesia itu. Ratih Wulandari, sang akhwat rupawan, kini sedang berpacu dengan gairah dan birahinya sendiri. Campuran dari obat perangsang yang diminumkan saat berdemonstrasi tadi dan jamahan yang terus dilakukan Pak Usman membuat jantungnya berdenyut begitu cepat. Ia seperti lupa seluruh ilmu yang telah diterimanya waktu Liqo’ di Masjid UI semasa kuliah. Padahal dalam setiap kesempatan, Kak Nurul, murabbi Ratih, tak pernah lupa mengingatkan mad’u-nya untuk selalu menjaga aurat di hadapan lelaki yang bukan mahrom. Tapi kini Ratih tampak malah meminta auratnya sendiri untuk dijamah oleh lelaki bejat seperti Pak Usman yang sedari tadi telah menanggalkan pakaiannya.
Ratih Wulandari

Ratih meletakkan tangannya di punggung Pak Usman. Dielus-elusnya punggung lelaki tua yang telah mengundang birahi jalangnya untuk keluar itu. Pak Usman pun makin panas merasakan elusan sang akhwat idaman itu di bagian tubuhnya yang cukup sensitive. Namun ia tak mau kehilangan tempo, ia akan berusaha memancing gairah Ratih agar ia bertingkah lebih binal lagi. Ia ingin Ratih tak hanya menyerahkan keperawanannya namun juga bisa merasakan puncak kenikmatan dunia darinya, siapa tahu nanti Ratih menjadi ketagihan dan mau menjadi pemuas nafsu seksual dirinya yang sewaktu-waktu bisa meledak.
“Sebentar ya Neng,” Pak Usman dengan nekat memasukkan tangannya yang hitam legam ke balik jilbab panjang Ratih, sang muslimah. Ternyata di balik jilbabnya yang lebar itu, Ratih memakai terusan yang mempunyai kancing di bagian atas. Tangan Pak Usman pun langsung bergerilya di daerah itu. Payudara Ratih yang besar dan sensitive itu diremasnya dari balik baju terusannya. Ratih pun mendesah ringan sebelum merelakan kancing bajunya terlepas dan tubuhnya resmi dimasuki oleh tangan nakal Pak Usman.
“Pakk, ohhh, geli pak” begitulah erangan Ratih ketika Pak Usman mulai intens meremas-remas payudara akhwat muda yang begitu ranum itu. Segaris senyum menempel di bibir mesum Pak Usman ketika Ratih menekan kepalanya begitu kencang ke arah payudaranya sendiri. “Ufhhh, ampunn Pak …. !!”
Tanpa pikir panjang lagi, Pak Usman langsung memasukkan kepalanya ke balik jilbab putih Ratih. Disingkapnya pakaian terusan Ratih, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan payudara Ratih yang telah begitu membuncah dari bra krem yang masih menempel di tubuhnya. “Neng, toketnya ca’em banget … warnanya pink, lagi tegang gitu, ukurannya berapa sih?” Ledek Pak Usman sambil terus meremas-remas dan memainkan putting payudara Ratih.
Ucapan kotor Pak Usman semakin membangkitkan birahinya. Satu persatu pertahanan keimanannya telah runtuh. Mimik wajahnya yang biasanya penuh keanggunan kini perlahan berubah menjadi begitu erotis dan merangsang. “Iya pak, ukurannya 36 … ohhh, enak pak diremes gitu”
“Ohh, neng aktivis suka yah? Kenapa gak bilang tadi waktu di monas, kan bisa sekalian bapak entot di sana?” Jawab Pak Usman makin berani.
“Apa pak? Entot ?? ahh …” Ratih lemas begitu Pak Usman mengucapkan kata-kata kotor itu. Ia sadar kalau dirinya sudah di ambang birahi, dan Pak Usman pun sudah tidak tahan untuk melepaskan gairahnya. Ia pun memperbaiki posisi berbaringnya agar Pak Usman bisa lebih mudah menyetubuhi dirinya. Ia telah benar-benar kehilangan akal sehatnya.
Merasakan geliat tubuh indah yang ada dalam dekapannya, Pak Usman pun ikut bergeser hingga wajahnya tepat berada di atas payudara Ratih. “Liat deh Neng, toketnya dah penuh neh, Bapak kurangin sedikit yah susunya …” Ujar Pak Usman sambil menyibak sedikit jilbab lebar Ratih hingga ia bisa melihat payudaranya sendiri.
“Ahh Pak …” Ratih pun mendesah ketika bibir Pak Usman mulai menyentuh putting payudaranya. Seketika selembar lidah nan panas dan kasar menjulur keluar dan menggerayangi payudara Ratih yang begitu mulus, belum terjamah seorang pun. Ratih pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya menahan desakan birahi yang begitu menggebu. Erangannya sudah tak bisa dibendung, matanya memejam menunggu ledakan gairah dari dalam tubuh sucinya.
Pak Usman melakukannya dengan begitu perlahan-lahan. Ia ingin ini menjadi sesuatu yang tak akan ia lupakan seumur hidup. Kapan lagi kan, bisa menyetubuhi seorang akhwat cantik seperti Ratih ini. Dengan ganasnya Pak Usman mengulum putting payudara suci seorang Ratih Wulandari mulai dari yang sebelah kiri, kemudian berlanjut ke payudara sebelah kanan.
“Ahhh, Pak. Geli banget …”
“Neng suka kan, kalo suka Bapak kulum terus yah.” Pak Usman sudah tidak segan-segan lagi mengatakan kata-kata cabul di hadapan Ratih. Dan respon Ratih pun bukannya berusaha memberontak, tapi malah seakan membuka pintu lebar-lebar bagi Pak Usman untuk merobek keperawanannya di sebuah kamar kosan yang terkesan sedikit kumuh itu.
“Iya, Pak. Suka.” Mendengar kata-kata itu, Pak Usman pun menganggapnya sebagai sebuah izin untuk melakukan hal yang lebih jauh. Ia pun melepaskan kulumannya di payudara Ratih sang akhwat manis, dan kemudian diikuti lenguhan panjang Ratih yang menandakan kekecewaannya akan perlakuan Pak Usman itu. Dengan langkah cepat, Pak Usman langsung turun ke bagian bawah tubuh Ratih dan kemudian mengangkat perlahan rok panjang Ratih.
Ternyata Ratih masih memakai celana panjang lagi untuk dalaman. Benar-benar khas seorang aktivis, celana panjang itu berwarna biru muda dan terbuat dari bahan yang tipis. “Bapak buka ya neng, celana panjangnya.” Ratih yang telah dilanda birahi yang benar-benar menggelegak itu pun hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
Dengan sekali tarik, celana panjang itu pun terlepas dari tempatnya. Selain karena bahannya yang tipis dan kekuatan Pak Usman, Ratih pun ikut memberikan sedikit bantuan dengan mangangkat bokongnya untuk memudahkan Pak Usman. Ia seperti telah pasrah, bahkan malah benar-benar menginginkan untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh Pak Usman.
Dalam sekejap, betis dan paha mulus Ratih pun terpampang dengan jelas di hadapan Pak Usman. Bagian bawah tubuh indah akhwat itu benar-benar putih terawatt. Mungkin karena tak pernah terkena sinar matahari langsung atau memang Ratih sengaja merawat bagian bawah tubuhnya tersebut. Mungkin ia melakukannya untuk suaminya kelak, tapi kini seorang pria tua sedang memandanginya tanpa sehelai pun pembatas.
“Neng, pahanya mulus banget sih, Bapak elus-elus yah?” Sebuab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Pak Usman langsung menyingkap rok panjang itu sampai batas maksimal dan mulai menjamah bagian terlarang dari seorang akhwat muslimah seperti Ratih.
Namun Ratih sendiri pun tidak melakukan perlawanan dan malah menyodorkan paha dan betis indahnya untuk dinikmati si tua jalang itu. “Iya Pak. Ratih selalu perawatan di salon khusus akhwat. Ahhh, Pak, Udah yah, Ratih malu”
Sebuah penolakan yang tampaknya tak berarti mengingat Ratih tak berusaha sedikitpun untuk menutupi aurat sucinya yang sudah tersingkap lebar dan siap untuk dinikmati. Pak Usman langsung meraba-raba paha putih itu dan menjilat-jilat betis Ratih yang mulus. “Hmm, Neng Ratih bener-bener kayak bidadari yah. Orangnya alim, tubuhnya indah banget pula”
“Ahh, ahhh, Pak … “ Desahan Ratih pun akhirnya keluar begitu saja tanpa ma pu ia bendung.
“Ada apa Neng? Udah gak tahan yah …” Pak Usman pun tak mau berbasa-basi lagi, ia pun langsung mengangkangi bagian pinggul akhwat manis mahasiswa UI tersebut. Dengan bersemangat, ia pun menggesek-gesekkan kontolnya di memek Ratih, yang tampaknya sudah basah oleh lendir gairah itu.
“Akhhh, geli banget Pak,” Ratih pun merasakan sensasi yang benar-benar baru dan luar biasa. Dalam kesehariannya yang sangat jauh dari seks, ia sama sekali tak pernah melihat, apalagi menyentuh kemaluan lawan jenisnya. Namun kini, seorang pria tua tengah mengangkanginya, sambil menggesek-gesekkan kontolnya ke memek Ratih, membuaat Ratih benar-benar hilang akal. Ia pun hanya bisa pasrah ketika Pak Usman mengangkat baju terusannya, hingga payudaranya yang besar dan indah itu pun telah terpampang dan siap untuk dinikmati.
Pak Usman pun terkesiap dengan apa yang ada di hadapannya. Ratih Wulandari, seorang akhwat cantik dan jelita yang berstatus sebagai seorang mahasiswi Perguruan Tinggi Negeri terkenal, kini sedang mengerang dan mendesah dengan banal di hadapannya. Dilihatnya kemaluan sang akhwat yang tanpa bulu sehingga dapat terlihat dengan jelas olehnya di mana letak klitoris dan lubang kelamin suci sang wanita. Memek Ratih ternyata telah berdenyut-denyut kencang tanpa bisa dikontrol si empunya, tanda bahwa empunya sedang mengalami gejolak birahi yang luar biasa.
Ratih Wulandari
Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Pak Usman langsung mendorong penisnya ke dalam memek suci Ratih Wulandari. Diperlakukan seperti itu, Ratih tambah bergairah dan sedikit berteriak, “Ahhhhh, Pakkkk ….” Tangannya menggenggam ujung seprei tempatnya berbaring sekarang, tempatnya dikerjain oleh seorang tua bangka seperti Pak Usman yang sedang mengangkangi keperawanannya.
“Neng, toketnya nganggur tuhh, Bapak remes-remes yahh …”
“Ohhh, ohhh, tolong Pak, jangan lanjutkan ini … kasihani saya” Tampaknya Ratih telah berangsur-angsur sadar dari efek obat perangsang yang telah diminumnya. Namun sayangnya itu semua telah terlambat, dan keperawanannya telah di ujung kulup penis Pak Usman.
“Tanggung, Neng, dikit lagi masuk neh. Sekali Neng akhwat ngerasain kontol Pak Usman, pasti minta nambah deh nanti,” Pak Usman cekikikan ketika merasakan selaput dara akhwat muslimah itu telah berada tepat di depan kontolnya. Dengan menambah kekuatan remasan pada peyudara Ratih, sehingga membuat Ratih sedikit menggelinjang, Pak Usman pun memusatkan konsentrasinya pada memek Ratih dan … “Akhhhhh, memek Neng Ratih memang mantap …. Akhhhhh”
“Akhhhhh, Pak Usman …” Merasakan selaput daranya telah jebol, Ratih pun belingsatan. Rangsangan yang diberikan Pak Usman kepadanya begitu hebat. Bukannya berontak, Ratih memilih untuk melanjutkan perzinahan ini sampai akhir, ia merasakan semuanya sudah terlanjur baginya.
Pak Usman merupakan lelaki yang berpengalaman dalam masalah seks. Ketika merasakan aliran darah merembes di sela-sela kontolnya dan dinding vagina Ratih, Pak Usman pun sedikit menarik kontolnya keluar dari sarang yang hangat itu. Ratih pun terkesiap dan berusaha memasukkan kembali burung nakal Pak Usman kembali ke dalam tubuh sucinya. Mimik wajah Ratih telah berubah menjadi begitu banal dan jalang. Namun jilbab indah yang melilit kepalanya nampak tetap membingkai paras manis dan cantik khas akhwat muslimah. Pak Usman benar-benar tak tahan akan mangsanya kali ini. Ia pun kehilangan control dan langsung menyambar bibir Ratih dengan bibirnya.
Sekitar 15 menit lamanya Pak Usman menyetubuhi Ratih dengan posisi konvensional. Dengan buas ia melumat bibir dan lidah Ratih. Ratih pun tak kalah liar membalas kuluman bibir pria tua itu. Sementara itu, kontol Pak Usman terus mengocok vagina Ratih tanpa henti. Ratih pun membantu sang pejantan dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontol Pak Usman yang berukuran sedang. Dua insan berbeda jenis kelamin dan status social itu tampak menikmati persetubuhan terlarang itu. Ratih dengan tanpa malu mendesah-desah kenikmatan ditindih mesra oleh Pak Usman yang sudah keriput itu.
“Ahhh, Ahhh, Astaghfirullah, Pakkk, enakk Pak, enakk, Ohhh, Ohhh …”
“Enakk ya Neng, Ahhh, Ahhh, memek Neng Ratih legit banget, Akhh, Bapak mau keluar Neng …”
“Ahh, iya Pak Usman, kontolnya enakk Pak … Apanya yang mau keluar pak?”
“Spermaaa Neng, Pejuu Pak Usman …”

Tiba-tiba Ratih bagai tersambar petir. Ia sadar betul bila sperma Pak Usman sampai masuk ke dalam rahimnya, maka besar kemungkinan ia akan hamil dan mengandung anak Pak Usman. Ketika terpikir hal itu, Ratih pun berontak, ia menggeliat hendak menjauh dari tubuh Pak Usman.

Saat Perjalanan Kantor

Hujan turun deras sekali penglihatan sedikit kabur karena kaca mobil tertutup embun yang menempel dikaca depan. AC kunyalakan walaupun udara terasa dingin menusuk tulang. Saat itu sudah jam 7.30 pagi jadi sudah tak mungkin lagi menunda untuk berangkat kekantor apalagi jam 8.00 ada janji meeting dengan client. Mobil kujalankan pelan dan hati hati, maklum jalan didepan rumah tidak begitu lebar.
Dari rumah ke jalan raya tidaklah begitu jauh setelah satu tikungan kekiri maka akan kelihatan sebuah kaca spion besar warna merah diperempatan jalan dan itulah jalan raya yang akan membawa arah perjalananku menuju kantor. Persis ditikungan sebelah kiri didepan sebuah wartel seseorang melambaikan tangan meminta aku berhenti untuk minta tumpangan. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena terhalang hujan yang sangat deras, tetapi mengenakan jilbab lebar warna putih yang berkibar-kibar tertiup angin.Sekilas nampak wajahnya sangat cantik,kulit kuning tinggi semampai. Mobil kupelankan, dan tanpa tunggu aba aba lagi dia lansung membuka pintu depan dan duduk disebelahku.
” ma’af Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om ku stop, sorry ya Om “. Dia berkata polos sambil mengibaskan jilbabnya yang basah kuyup kena air hujan.
Saat dia membetulkan jilbabnya di bagian depan,sekilas tanpa sengaja lehernya dan tengkuknya kelihatan, putih bersih .. dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis lurus ditengahnya.
” Ngak apa apa kok, memang hujan hujan begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini”. Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan.
” Om kantornya dimana ? ” dia memecah kesunyian. ” Di daerah kuningan, memangnya kamu habis pulang kuliah nih? dimana ? ” aku bertanya sambil melirik wajahnya. Wow rupanya seorang bidadari muda sedang duduk disebelahku, wajahnya sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat bersinar.Terhias oleh kerudung putih bersih, mengenakan jubah atau baju panjang terusan sampai mata kaki.
Dalam hati aku bertanya- tanya..wah..seperti apa nih tubuhnya kalo telanjang? Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan. ” Hati hati Om, banyak genangan dan licin! Kita bisa slip nih ” dia mengingatkan sambil menepuk pundakku. ” I I I ii ya ” jawabku sedikit tergagap. ” Kamu kuliah di dimana ? ” ku ulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba. Perempuan memang maKhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang gadis berjilbab.Maklum…aku tak biasa bergaul dengan wanita berjilbab,terlebih mahasiswa seperti gadis di sampingku sekarang ini.
Sebab menurut pengetahuanku,gadis berjilbab adalah gadis suci yang alim,bersih,dan tak ternoda. Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan , padahal dikantor aku terkenal tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur. ” Di .. ” dia menyebutkan sebuah Universitas di kota Yogya ini. didaerah Yogya Utara. ” O, kalau begitu kamu bisa ikut sampai deket kaliurang nih, nanti tinggal nyambung naik metromini ” Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku. ” Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih , jalan kaki juga ngak jauh kok ” E ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya ngak pernah lihat kamu selama ini “. ” Terang aja ngak pernah Om, orang aku baru pindah kok ” Dulu aku sekolah di Kudus sama Ibu,tapi karena keterima kuliah di Yogya,,aKhirnya kami pindahj ke Yogya” dia terdiam dan kelihatan wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum berkenalan. ” Oh .. pantas aja dong, e ee nama mu siapa ” aku bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tau dia tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Kudus sana. ” Nurul Om, Nurul Khomsiyah.”sesekali ia mengusap wajahnya yg masih basah kedinginan, sambil sesekali menarik baju panjangnya agar tak menempel dan mencetak bentuk tubuhnya. “Wah itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu ” aku mulai melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha ha ha awas ada semut. ” Ah.. Om bisa aja ” dia menjawab sambil tersipu. Woooooouuuuu .
Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba memerah bak awan senja diufuk barat ” Awan diufuk barat merah apa kuning ya !!!!! sebodoh amatlah .. ” Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Khom, buat kasih pengamen. Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang dalam didalam box , aku melirik kekiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang disela sela jilbab panjangnya,tersingkap sehingga keliatan agak membuka kerah bajunya. BH ukuran sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju muslimahnya ” Yang ini Om oup ” tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka diurutan paling atas. ” Ma af, . iya yang itu.. yang lima ribuan ” aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena mobil didepan berhenti tiba tiba. Tangan kanannya yang tadinya akan menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak. Kali ini dia berteriak kecil ” Ma af Om a aa aaku ngak sengaja ” tiba tiba dia menutup muka dengan kedua tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik cd ku.
Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang oleh tangan halus gadis berjilbab ini.Jilbab lebar warna putih,sepadan dengan jubah muslimah warna biru tua kembang2,wow…cantik nian gadis ini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil. Alah mak. Jan kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan. ” Oi .., pacaran jangan di jalan, no pergi ke Kaliurang” sisopir mengumpat sambil menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil goyang. Itu adalah awal perkenalanku dengan Khomsiyah, gadis Kudus mahasiswi semester 2 di Yogya ini. Semenjak itu hampir tiap pagi Khomsiyah dengan setia menunggu didepan wartel untuk berangkat bareng dengan mobilku.Wajahnya yang teramat cantik dihias jilbab yang kadang berkibar,menanbah pesona dan kecantikannya.
Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing, rupanya dia pindah ke Yogya ikut pamannya karena orang tuanya bercerai dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya. Di Jakarta dia hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan kepentingan anak serta istKhomya terlebih dahulu sebelum buat si Khomsiyah.Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau memang lagi ada. Tugasku sebagai salah satu manager dengan bisa kutinggalkan 1 atau 2 jam toh ada sekretaris yang ngurusin. Aku juga tidak menegerti kenapa Khomsiyah jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum. Tetapi itu tidak terlalu seKhomg yang paling dia harapkan dari aku adalah perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara. ” Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Khom ngak nemui Om dan juga sama sekali ngak ngasih kabar ” dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan dipantai parangtritis, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan kepalanya.Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara itu begitu kenyal,walah terhalang jilbab dan terbungkus jubah panjang muslimahnya, dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik. ” Memangnya ada apa ” aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa. ” Tadinya Khomsiyah sudah mau berhenti kuliah habisnya uang udah 2 bulan tidak dikirim,dan buat beli buku juga ngak punya “. Dia merenung sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di bandara adisucipto. ” O .. itu masalahnya, lantas kenapa kamu ngak ngomong aja sama Om ” ” Ngak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi..” dia menjawab sambil tersenyum. ” Khom… gini aja deh, kamu kan udah tau kalau Om mau Bantu kamu, tapi kalau kamu ngak bilang,.. ya terang aja Om ngak tau ! iya yoh ? “” Makasih Om .. terus terang memang Khom mau minta tolong Om untuk yang satu ini. Om ngak usah mikiKhom mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan kuliahku itu aja.”
Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa gairah. Aku begitu terenyuh melihat seorang Nurul Khomsiyah,gadis cantik berjilab yang hari haKhomya seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus menanggung beban demikian berat. ” Oup .” Khom berteriak kecil karena kaget ketika wajahnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya. ” Om nakal ya.. ” dia menepuk bahuku dengan mesra dan aKhirnya malah memeluk aku. Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kiKhomya kurebah kan dia dia atas kedua pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian cepatnya. AKhirnya Khomsiyah meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak tanganku didekap erat didadanya. Oooooooh lembutnya daging itu, payudara muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik ribuan vol kesekujur tubuhku. Aku yakin Khomsiyah merasakan sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya persis tepat di atas batang penisku. Aku tahu itu karea Khomsiyah berusaha mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerahmalu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan dadanya.
” Khom udah tidur aja nih Om kipasin biar ngak gerah” aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku ” Ini si Khomsiyah yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu salah langkah akan bubar semuanya . Sabar .sabar, gunung ngak usah dikejar emang dia ngak pernah lari kok”. Dia kembali tidur dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menelusup ke balik jilbab putihnya,menekan ke dua payudaranya. Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki. Walaupun itu hanya dari balik baju dan BH, tetapi buat Khjomsiyah,gadis berjilbabyg alim ini yang baru pertama merasakan, sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang. ” Khom kita pulang yok , udah jam 8 nanti pamanmu bingung dan lapor i’. Kataku sambil bercanda. ” Nati aja Om. bentar lagi, Khom masih ingin disini 2 jam lagi.” dia makin erat memelukku. ” Oupt besok besok kita bisa jalan kesini lagi, tapi kalau kamu dimarahin karena terlambat pulang, ya.. kita akan kesulitan untuk jalan jalan lagi.”. aku berkata sambil mebangunkan Khomsiyah dari pangkuanku. ” Ok deh Om. ” dan secepat kilat dia mengecup pipiku aku hanya bisa terdiam kaget, karena ngak nyangka. Persis kayak kagetnya Bush ketika WTC di bom Alqaedah.
” Lho kok bengong Om katanya mo pulang ayo ” Khomasiyah menarik tanganku. ” Ayok ” kami berjalan berdekapan. Hari berlalu, hari itu hari Jumat dan Khomsiyah memberitahuku agar aku menemuinya di tempat biasa kami ketemu, disebuah wartel dibawah kantorku jam 4 sore.Aku sampai disitu persis jam 4, tapi aku ngak lihat batang hidungnya si Khomsiyah, tiba tiba ada bisikan lembut dibelakang kupingku. ” Surprise. ” aku sempat ngak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang wanita cantik berjilbab dengan rok panjang warna hitam,berjilbab merah muda, berkaos ketat, berdiri didepanku. Pahanya yang panjang dan mulus terlihat jelas dibalik balutan rok panjangnya. Disela pahanya tergambar jelas belahan kewanitaan yang belum pernah tersentuh laki laki. Kaos ketat mempertegas beberadaan dua gunung kembar didadanya, sedangkan bagian bawah kaos yang sedikit pendek memperlihatkan kulit putih, bersih dan dihiasi sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah pusar . Oh . Sungguh pemandangan yang indah dan langka.Gadis cantik berjilbab namun….wow sexy sekali..I like it..!!! ” Jangan ngliatin gitu dong Om.! emangnya ngak pernah lihat orang pakai cantik?” Sorry, Khom .. kamu luar biasa, membuat Om jadi linglung “.” Ah jangan ngerayu ah” ” Ngak kok, hei kenapa tiba tiba kamu tampil beda begini ?” aku bertanya sambil menggamit tangannya untuk mencari tempat duduk. ” E h e m.ada yang lupa rupanya, hari Ini ulang tahun yang ke 23 lho….” Eh ingat kita lagi di wartel. tuh lihat tuh orang orang pada mandangin kamu.”" Sorry lah .. , habisnya hanya dengan Om aku bisa berbagi rasa jadi jangan salahkan daku kalau ngak bisa nahan diri”.” Khom , ngak enak dilihatin tuh ” aku berlagak alim lah dikit. ” Justru karena banyak yang lihatin Khomsiyah brani nyium Om, kalau ditempat yang sepi .. wah bisa bahaya dong.
Dia mencubit hidungku dengan gemas.Aku bisa menduga isi fikiran orang orang disekitar kami ” Lha ini bapak sama anak atau Om sama ..pacar mudanya ya !” Mereka ngak salah, Khomsiyah adalah seorang gadis cantik yang sedang mekar, sedangkan aku adalah laki laki ” Tua sih belum tapi muda udah lewat ” ibarat mangga udah mengkal kata orang Betawi , udah ngak enak dirujak. Tapi waktu, tempat dan kesempatan mempertemukan kami sehingga membuat kehidupan saling mengisi dan malah sudah saling membutuhkan. Aku butuh semangat dan gairah muda yang berkobar dari Khomsiyah sedangkan dia butuh tempat berlindung yang kokoh dan teduh dari aku.. klop deeeeh. ” Hei jangan nglamun ” Khomsiyah mencubit pahaku ketika pelayan sudah berdiri tepat didepanku tapi aku tidak menghiraukannya.
Kami masuk ke warung cafe sebelah,danh oh oh iya Mbak .es jeruk buat aku dan klapa kopyor itu buat dia ” aku memberitahu mbak pelayan sambil menunjuk Khiomsiyah. ” Om . Kalau kali ini Khom minta sesuatu boleh ngak ! ” ” Kenapa tidakkalau Om sanggup pasti Om kabulkan” ” Sebetulnya Khomsiyah mau memberikan satu hadiah spe buat Om tapi sebelumnya Khomsiyah minta sesuatu dulu gimana Om ?”.” Ok ngak masalah”,. Jawab ku sambil mempersilahkan dia minum. ” Khom tau kok, Om ngak pernah mau ngerayain HUT Om , tapi kali ini Khom minta sebagai hadih juga buat Khom kita rayain ya ! “. Kulihat wajahnya sangat berharap. Betul sekali, aku mamang paling ngak suka dengan yang namanya pesta HUT gitu, jadi wajar saja kalau aku lupa hari itu aku sebetulnya ulang tahun,yang ternyata bersamaan dengan ulanmg tahun Khomsiyah. ” Well kita mau ngerayain seperti apa, dimana degan siapa aja Khom ? ” ” Maksud Khom kita rayain berdua aja, gimana kalau kita cari tempat yang jauh dari keramayan agar lebih leluasa ? kayak dipantai gitu ! ” belum sempat kujawab Khomsiyah sudah ngrocos lagi.” Jangan kawatir, Khomsiyah tadi udah pamit mau nginap dirumah teman sama paman ” Dia seperti bisa membaca jalan fikiranku. ” OK apa kita mau ke Parangtritis” Jangan Om disana terlalu ramai, Khomsiyah ingin ke Kaliurang.
Setelah telpon kerumah memberitahukan bahwa aku ada rapat dinas, maka kami lansung tancap gas ke Kaliurang. Disitu ada sebuah hotel yang memang sudah tidak terlalu bagus lagi karena termakan usia, tetapi sangat strategis, tempatnya dipinggir jalan raya .Setelah mandi, Khosiyah tidak lagi paklai jean ketat, tetapi rupanya dia sudah siap dengan baju panjangh muslimahnya,lengkap dengan jilbab lebar warna ungu…wow cantik nian gadis ini tidur putih setengah transparan sehingga lekuk tubuh dan tonjolan dadanya begitu jelas. ” Khom Om masih penasaran kamu mau ngasih hadiah spe apa sih sama Om ” aku bertanya sambil telentang ditempat tidur.” Nanti ajadeh.. Om pasti bakal tau juga ” Khom merebahkan diri disamping kanan ku.Tiba tiba kami saling menghadap sehingga wajah kami hampir bersentuhan.
Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat gelora hasratku terpancing.Bibir gadis berjilbab ini sangaty mungilsan sensual. Kulingkarkan tangan kiriku ketubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti bibirku menyentuh bibir Khom dengan lembut. Khomsiyah seperti tersentak tiba tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu. Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir nya, ujung lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai kujilati dengan penuh perasaan.Aku sengaja mengontrol gerakan dan keinginan ku sedemikian rupa agar ia dapat merasakan suatu sensasi kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan.”Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku. “Aku segera mengecup kupingnya yg masih tertutup jilbab,sambil pelan2 tanganku menelusup ke balik jilbabnya..mencapai lehernya..mengecup kulit putih tepat leher jenjang itu.Ia mengerang ” Om. geli bulu ……” Ngak papa Khom… ” aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang. Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. turun dan Ouh..Baju muslimahnya tiba tiba terbuka dibagian dadanya, buah dada itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar memagari ptuing susunya yang kehitaman dan sudah berdiri egak.
Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara gadis berjilbab dan baru pertama mengalami ransangan sexual. Bentuknya masih bulat dan padat mebuat aku tidak sanggup lagi menahan diri. Putting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh ia kembali bergetar . ” Oooouhhhhh Om.. ngak tahan Om.” ” Ngak tahan apanya … Ngak tau Om. ngak tahan aja ” Kalau Khomi ngerasa sesuatu ikutin aja ” aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku keputing susunya. ” Om.. terus Om. ” ” Iya Khom.Tanganku makin jauh menelusup ke dalam BH di balik baju muslimahnya.Khom….Semua pakaian Khom kulucuti …jilbab lebar kulepaskan pelan2..baju muslimahnyapun aku lepaskan dengan sangat hatiu2…begitu juga aku..kubuka opakaianku.., kami sekarang telanjang lonjong eh ..bulat. Tubuh putih polos gadis berjilabb sekarang terhidang pasrah dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan putih bening pertanda siap tempur.Ia kembali kudekap dengan pelan, penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina ” Ouuuuuuuuuuuuh Om.. Khom jadi basah Om..” ” Iya sayang .. Om Juga ” Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama , pelan pelan penisku menyentuh clitoris Khomsiyah.. ” A aaa duh Om..”
Cengkraman tanga Khomsiyah seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai teransang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi.
Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu adalah cairan vagina Khom yang keluar bagaikan mata air pegunungan sukabumi., kental dan licin. Kedua tanganku mulai membelai payudara nya,kubelai-belai susu kenyal itu, denga gerakan melingkar bawah keatas dan beraKhir diputingnya yang tegak berdiri. Aku menyadari ini belumlah saat yang tepat untuk melakukan penetrasi, gadis berjilbasb ini harus diberi kenikmatan puncak senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat pertama kali didalam hidupnya, barulah hal itu akan kulakukan. Pelan pelan kedua kaki Khomsiyah kudorong kepinggir, sekarang vagina nya terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan ( ngak pernah disampoin kali ) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba ” Om jangan dijilat ya Khom pasti ngak tahan, kata teman teman kalau vagina dijilat, Khom pasti lansung klimaks.
. oooouuuuuuh padahal Khom masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini. ” Ku urungkan niat untuk menjilat vagina yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit diseputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir vagima kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan putih bening nan wangi. Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkan sehingga bibir vagina Khomsiyah betul betul terbuka menantang penisku. ” Khosiyah sayaang… kita peting aja dulu ya.” “Peting itu apa Om..” ” Nih . begini nih ” Batang penisku kuletakkan persis ditengan tengah bibir vagina Khom dan dengan gerakkan turun naik yang berirama penisku mulai menggosok bibir vagina dan clitoris /Aku merasakan tangan Khomsiyah mulai menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menepel di vaginanya. Gerakkanku semakin cepat dan pingul Khom mulai turn naik seirama tarian dangdut penisku. Lendir vagina Khom semakin banyak membuat penisku dengan leluasa bergerek didekapan vaginanya. Akibat licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot, kukendalikan diri agar airbah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum Khom dapat kupuaskan.
” Oooooooooooommmmmm Khom ngerasa melayang.dan ooooouuuuuh ada yang mendesak dari bawah vaginaku. Ohhhh apa ini kok rasanya seperti ini. Ooooooooooooooommm ngak tahan..Om tolong gosokkan penisnya yang kencang…ooooooooooouhhhhhhhhhhh dia datang ouhhhhhhhhh.. Sebelum Khomsiyah terkulai lemas karena klimaks pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian kepala dan ” oooooooooooooooooOOOOOOOOuuuu sekarang tepat diujung penis OOOuuhhhh ..
Khomsiyah..Ommmmmmmmmmmmmm lepassssssssssssssssssssssssayang. Spermaku muncrat menyirami pusar Khomsiyah yang putih bersih, sperma itu begitu kental seperti ingus yang udah mingguan nginap dihidung., diam dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut Khomsiyah yang telah tertidur pulas. Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun tiba tiba aku menyentuh payudara Khomsiyah. Akibatnya Ruar biaa.sa . Khomsiyah lansung teransang dan mencium bibirku penuh semangat. Tak ada pilihan lain biarkan perut menunggu sebentar, toh yang bibawah perut juga kelaparan. Ciuman Khomsiyah kusambut dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat, dan itulah yang saat ini sedang aku lakukan.
Vagina nya kusibak dengan jariku, ujung lidahku menerobos dengan lembut menuju clitorisnya. Clitoris itu kuhisap bagaikan menghisap puncak es cream, lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Dengan gerakan tiba tiba ia mebalikkan tubuhku sehingga dia sekarang mengangkangi kepala ku dengan vaginanya dan multnya persis berada didepan penisku. Bibir yang lembut dan basah kurasakan menyentuh lubang kecil diujung penisku” OOOuuhhh jilat terus sayang…… “I yyyyyyy aaaaaaaaaa Om tapi Om jangan diam dong” Aku lupa dengan tugasku karena keasyikan dihisap Lidahku kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam vagina karena posisi ku tepat dibawahnya.
Khomsiyah menggelinjang hebat.. pahanya makin menjepit mukaku, tapi hisapan dan kulumannya dipenisku juga semakin kencang. Kupikir inilah saat nya keperawanan Khomsiyah harus kuambil. Dengan klimaks yang dia rasakan ditambah dengan ransangan yang saat ini dia alami, maka penetrasi pertama ku kedalam vagina kukira tidak akan membuat dia kesakitan. Posisi kurubah, sekarang Khomsiyah telentang tepat dibawahku, kulihat bibirnya masih berlepotan ciran bening penisku, dia mejilat sudut bibirnya dan cairan itupun besih menghilang.
Kakinya terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Khomsiyah tetapi aku masih dian. Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku. ” Oooooom ayo dong”, Khomsiyah menyodorkan payudara kiKhomya untuk kuhisap ” Mmmmm . ” aku lansug menghisapnya, tubuh Khom kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan masuk ke vaginanya. ” Ommmm .. perih” Khomsiyah mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singasananya. Dinding vagina Khom yang masih perawan terasa menjepit dan menahan gerakan maju penisku, itu mungkin yang mambuat dia merasa sedikit perih. Kutarik penis ku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke Clitorisnya.
Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya. “oooouuuuuuuuOOOOOOOOOO!!!!!, Om aku angak tahan..” “Oh ouhhhh masuk semua ya Om..! rasanya sesak sekali.”
” Masih perih saying ….” kataku berbisik dikupingnya

” Ngak papa OOOmmmm terus aja” ” Nih . OOOOM tusuk ya..” ” Iya OOOOOOOOOOOm ,.. yang dalam Ommmmmmmmm .” ” Iya.. Om udah masuk semua nih, Khomsiyah..Khomsiyah.. ???oh Khom…. terimaksih ya … Sungguh nikmat sekali saya…..ng” ” Iya O…..m ini hadiah istimewa dari Khom. “Ohhhhhhhhhh Om….. Khom ngak tahan .terus Om. yang kencang Om…. Ohhh iya Ommmmmmmmm terus . kayak itu ..aja Ouhhhhhhhhh